METODE ANALISA COST BENEFIT INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI

BAB 1
Pendahuluan

Berkembangnya teknologi informasi yang semakin pesat dan munculnya inovasi – inovasi baru dalam bidang teknologi informasi sehingga menciptakan teknologi informasi yang dapat menjadi pendukung bagi sebuah perusahaan. Oleh karena itu perusahaan diharapkan dapat mengimplementasikan teknologi informasi dan menyediakan kesempatan perkembangan teknologi informasi dalam perusahaan. Penggunaan teknologi informasi pada perusahaan sekarang ini memegang peran penting dalam dunia bisnis.Investasi dalam bidang teknologi informasi adalah salah satu keharusan yang dilakukan oleh sebuah peruahaan, terutama ketika bisnisnya pada tingkat pembentukan dan pertumbuhan. Tetapi banyak juga pemimpin perusahaan menganggap bahwa investasi terhadap teknologi informasi itu suatu hal yang tidak terlalu penting untuk dilakukan oleh sebuah perusahaan. Kebanyakan perusahaan berpikir investasi teknologi informasi bersifat optional atau tidak wajib untuk dilaksanakan.
Investasi teknologi informasi berarti mengeluarkan biaya/dana untuk mendapatkan manfaat di masa yang akan datang. Tetapi seringkali perusahaan menganggap sebagai suatu biaya yang harus dikeluarkan, tanpa mengerti manfaat apa saja yang akan diterima. Biaya lebih mudah untuk diidentifikasi dibandingkan dengan manfaat, apalagi manfaat yang bersifat tidak nyata (intangible). Traditional cost benefit analysis tidak cukup dikarenakan pendekatan yang dilakukan berfokus kepada manfaat nyata (tangible benefit), seperti penghematan biaya.
Maka paper ini akan membahas mengenai metode analisa cost benefit investasi teknologi informasi.

BAB 2
Pembahasan

2.1. Paradoks Produktivitas Teknologi Informasi
Dalam waktu 50 tahun terakhir, banyak perusahaan yang menginvestasikan dananya untuk membangun teknologi informasi. Dan semakin tahun mengalami peningkatan dalam investasi teknologi informasi pada perusahaan. Namun, hingga sekarang masyarakat dan para praktisi industri masih mengalami kesulitan untuk membuktikan atau memperlihatkan bahwa investasi sebesar itu benar – benar bermanfaat, yang artinya terlihat adanya peningkatan output produk atau jasa yang diciptakan secara signifikan. (Strassmann. 1997b). Para ekonom mendefinisikan produktivitas dengan mudah, yaitu jumlah output dibagi dengan jumlah input. Besaran output dihitung dengan cara mengalikan jumlah produk yang dihasilkan dengan nilai rata-rata dari produk tersebut. Sementara besaran input didapatkan dari jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan seluruh output tersebut. Angka rasio yang didapat dari hasil pembagian antara output dengan input dikenal sebagai labor productivity. Jika sumber daya lain misalnya besaran investasi dan kebutuhan material dimasukka sebagai bagian dari input, maka angka rasio yang didapat dikenal sebagai multifactor productivity.
Di dalam dunia teknologi informasi, rumusan sederhana ini belum tentu secara nyata memperlihatkan terjadinya kenaikan atau penurunan produktivitas seperti yang umumnya dipergunakan pada aktivitas lain seperti proses manufaktur atau produksi. Hal ini disebabkan karena perbedaa dan beragamnya asumsi terhadap variabel input dan output yang digunakan. Oleh karena itu dapat dimengerti betapa sulitnya mencari umusan produktivitas yang benar menggambarkan keadaan yang sebenarnya dalam merepresentasikan manfaat yang diberikan oleh teknologi informasi per satuan investasi yang dialokasikan.

Sebuah perusahaan dapat menggunakan dua atau tiga sekaligus dalam menganalisa cost-benefit investasi teknologi informasi karena setiap metodologi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing yang diharapkan dapat saling melengkapi sehingga menghasilkan suatu pengukuran yang lebih berkualitas. Tetapi bukan berarti perusahaan dapat menggunakan tujuh cara sekaligus, karena akan berpotensi menghasilkan sebuah hasil yang konflik satu dan lainnya sehingga akan mempersulit pengambilan keputusan.

Cost Benefit Analysis
Metode Cost Benefit Analysis adalah pendekatan yang mencoba untuk menentukan atau menghitung nilai dari setiap elemen teknologi informasi yang memiliki kontribusi terhadap biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh (King et al, 1978).. Pada mulanya, metode ini lahr untuk mengantisipasi banyaknya elemen terkait seperti manfaat dengan teknologi informasi yang tidak memiliki nilai pasar atau harga yang jelas. Pada Cost Benefit Cost ini, elemen yang tidak memiliki nilai (value) yang jelas dicoba untuk dicari nilai padanannya (dalam mata uang) dengan menggunakan berbagai teknik penilaian.
Kekuatan utama dari metode ini dikarenakan telah berhasilnya manajemen dalam mengkuantifikasikan biaya dan manfaat yang bersifat kualitatif mautpun intangible. Dan kelemahan utama dari metode ini adalah sering terjadinya perdebatan dalam menentukan teknik yang sesuai dalam mencari value elemen yang nilainya tidak jelas tersebut.

Information Economics
Metode Information Economics yang merupakan sebuah teknik Cost Benefit yang diperluas, Information Economics ini bertujuan untuk menghubungkan aspek kuantitatif dan kualitatif dari manfaat teknologi informasi, isu tangible dan intangible, hal-hal yang penuh ketidakpastian baik secara strategis maupun operasional, terutama yang berkaitan dengan resiko yang dihadapi. Tetapi Information Economics ini juga mempunyai kelemahan yaitu diperlukan keahlian spesifik dikarenakan sifatnya yang kompleks dan cukup membutuhkan waktu.

Return On Investment (ROI)
Pendekatan ROI terdiri dari sejumlah teknik pendekatan formal (Radcliffe, 1982). Contoh dari ROI adalah payback method dimana dicoba dihitung durasi waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi yang telah dialokasikan. Tetapi banyak perusahaan menggunakan ROI untuk menghitung nilai atau manfaat investaasi yang akan diperoleh di masa depan dan memproyeksikan besaran nilai tersebut pada saat investadi dilakukan. Metode yang paling banyak dipakai adalah Internal Rate of Return (IRR) yang biasanya digunakan bersama Net Present Value (NPV). Sebuah proyek teknologi informasi yang diusulkan untuk dibiayai terlebih dahulu dihitung IRR-nya. Jika nilai IRR lebih besar dari hurdle rate of return yang telah disepakati perusahaan, maka proposal tersebut disetujui. Sebaliknya jika nilai IRR berada di bawah ambang tersebut, proyek teknologi informasi yang diusulkan biasanya ditolak oleh manajemen untuk dibiayai. Salah satu kekuatan metode IRR adalah terletak pada kemudahan bagi para pengambil keputusan dalam menentukan apakah investasi terhadap proyek teknologi informasi perlu dilakukan atau tidak. Kelemahan dari metode ROI ini adalah banyaknya hambatan dalam menentukan nilai atau parameter dari beberapa variabel yang dibutuhkan untuk menghitung IRR misalnya, karena karakteristik dari proyek teknologi informasi.

Multi Objective, Multi Criteria Methods (MOMC)
MOMC adalah salah satu variasi dari Cost Benefit Analysis yang cukup banyak dipergunakan. Metode ini berkembang karena pada kenyataannya bahwa di dalam sebuah perusahaan terdapat sejumlah stakeholders yang masing-masing memiliki pandangan berbeda mengenai value dari biaya maupun manfaat dari sejumlah aspek atau elemen teknologi informasi. Setiap proyek teknologi informasi pasti memiliki objektif yang ingin dicapai, dan tidak jarang ditemui terdapat lebih dari satu objektif karena setiap stakeholder sebagai pengambil keputusan memiliki pandangan yang berbeda terhadap objektif tersebut, maka masing-masing pihak berhak untuk melakukan pembobotan terhadap objektif yang ada misalnya dilihat dari sisi prioritas atau dampak signifikan dari investadi yang akan dilakukan. Setelah itu barulah nilai value yang telah disetarakan dengan biaya maupun manfaat yang ada dikalikan dengan masing-masing bobot tersebut untuk memperoleh hasil akhir.

Boundary Values
Metode boundary values ini merupakan salah satu cara heuristik yang cukup banyak dipakai karena kemudahan dan kesederhanaannya (Martin, 1989). Prinsip yang dipergunakan adalah komparasi antara rasio perusahaan dengan rasio rata-rata industri yang diperoleh dengan cara menghitung biaya total yang harus dikeluarkan untuk investasi teknologi informasi dibandingkan dengan sebuah ukuran agregrat tertentu, seperti total pendapatan (revenue) atau total pengeluaran operasional.

Return On Management (ROM)
Metode ROM terkait dengan penghitungan nilai manfaat terkait dengan terjadinya perubahan kenaikan tingkat produktivitas manajemen (Strassman, 1985). Yang bertujuan untuk melihat dampak implementasi sebuah sistem baru terhadap nilai tambah di kalangan manajemen perusahaan. ROM didefiniksikan sebagai hasil perhitungan dari total pendapatan perusahaan dikurangi dengan seluruh biaya dan nilai tambah dari masing0masing sumber daya termasuk modal, kecuali biaya manajemen dan hal terkait dengan manajemen. Tantangan penggunaan metode ROM ini terletak pada kemampuan memperkirakan proyek pendapatan dan biaya terkait dengannya di kemudian hari seandainya sistem tersebut diimplementasikan. Jika estimasi ini berhasil dilakukan, kinerja metode ROM akan jauh lebih baik dibandingkan dengan metode ex post evaluation lainnya.
Critical Success Factor (CSF)
Metode ini banyak diminati oleh para pimpinan perusahaan karena relevansinya terhadap bisnis (Rockart, 1979). Setelah menentukan visi, misi, dan objektif bisnisnya, biasanya para pimpinan perusahaan berusaha untuk mengidentifikasikan faktor-faktor apa saja sebagai kunci keberhasilan bisnis perusahaan. Setelah CSF berhasil didefinisikan, selanjutnya ditelaah satu per satu, apa saja kontribusi teknologi informasi terhadap masing-masing CSF tersebut. Jika kontribusi teknologi informasi sangat besar terhadap pencapaian sebuah CSF, maka sebaiknya perlu dilakukan investasi terhadapnya.

Value Analysis (VA)
Value analysis digunakan untuk teknologi informasi yang memberikan spektrum manfaat yang cukup luas, termasuk hal-hal intangible (Melone et al, 1984). Metode ini dibangun dengan pemikiran bahwa lebih baik memfokuskan diri pada nilai yang didapat oleh perusahaan dibandingkan dengan usaha untuk mengurangi biaya. Value Analysis biasanya mempergunakan teknik pendekatan iteratif seperti metode Delphi untuk mendapatkan solusi terhadap permasalahan. Terkadang dibangun juga prototipe dari sebuah sistem agar manajemen pengambil keputusan dapat memperkirakan value yang dapat diperoleh seandainya sistem tersebut diimplementasikan secara penuh di kemudian hari. Jika sebuah sistem diusulkan untuk dibangun, makan sejumlah manfaat yang akan diperoleh dipetakan terlebih dulu. Kemudian dengan menggunakan teknik statistik seperti cluster analysis. Setelah kategori manfaat telah diklasifikasikan, barulah terhadap masing-masing kategori dinyatakan value yang terkait dengannya. Metode VA ini sangat rumit dan membutuhkan biaya yang relatif besar untuk diimplementasikan namun memang hasilnya dinilai dapat memuaskan para stakeholder dalam dunia bisnis.

BAB 3
Penutup

Kesimpulan
Persaingan bisnis yang semakin ketat di era globalisasi menuntut perusahaan untuk berinvestasi pada teknologi informasi untuk mendukung kegiatan proses bisnisnya. Manfaat dari utilisasi teknologi informasi bersifat tangible dan intangible. Dimana manfaat tangible adalah yang secara langsung berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan sedangkan manfaat intangible adalah manfaat positif yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan pemanfaatan teknologi informasi, namun tidak secara langsung berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Teknologi informasi pada perusahaan bukanlah sekedar sebagai pendukung (support) bisnis mereka, tetapi sudah menjadi bagian yang diharuskan karena teknologi informasi sangat penting dalam menjalankan bisnis perusahaan. Jadi perusahaan harus menganalisa dan menghitung biaya investasinya terhadap teknologi informasi.

Saran
Di setiap metode dalam menganalisa cost benefit investasi teknologi informasi, masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan maka sebuah perusahaan dapat menggunakan dua atau tiga sekaligus dalam menganalisa cost benefit investasi teknologi informasi pada perusahaannya sehingga diharapkan dapat saling melengkapi dan menghasilkan suatu pengukuran yang lebih berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

http://en.wikipedia.org/wiki/
http://gis.esri.com/esripress/shared/images/142/Chapter00_Overview.pdf
King, J. and Schrems, E. (1978). Cost Benefit Analysis in IS Development and Operation. Computing Surveys, March, 19-34.

Martin, R. (1989). The Utilisation and Efficiency of IS: a Comparative Analysis. Oxford Institute of Information Management, Templeton Cllege, Oxford.

Melone, N. and Wharton T. (1984). Strategies for MIS Project Selection. Journal of Systems
Management, 32, 2, 26-37.

Radcliffe, R. (1982). Investment: Concepts, Analysis, Strategy. Scott Foreman, Glenview, Illinois.

Rockart, J. (1979). Chief Execurives Define their own Information Needs. Harvard Business Review, 57, 2, 81-93.

Strassman, P. (1985). Information Payoff: The Transformation of Work in the Electronic Age. The Free Press, New York.

Strassmann, P. (1997b) P. The Squandered Computer. Information Economics Press, New Canaan.

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *